Header Ads

Seo Services

Menguak Fenomena UFO di Indonesia (artikel)

Oleh : Feri Yuliansyah
 
Menguak Fenomena UFO di IndonesiaUFO merupakan salah satu misteri besar pengetahuan dijagat raya bumi ini dan menjadi salah satu masalah dunia masa kini. (J. Salatun)


Begitulah. UFO (Unidentified Flying Objects) merupakan suatu fenomena unik sebuah objek terbang berbentuk cakram yang identifikasi ilmiahnya masih menjadi misteri atau tanda tanya besar hingga saat ini. Memang sudah ada penelitian tentang UFO oleh pihak Pemerintah dan angkatan udara Amerika Serikat yang terwujud dalam proyek Sign, Grudge, dan Blue Book. Penelitian serupa juga dilakukan oleh CIA melalui Robertson Panel. Namun semua laporan proyek-proyek tersebut tidak mendukung ide untuk melanjutkan riset karena tidak ada bukti fisik yang memadai.


Berbagai kontroversi pun muncul dari berbagai ahli. Sebuah hipotesis yang dikenal dengan nama ETH (Extra-Terrestrial Hypothesis) menyatakan bahwa UFO merupakan Extra-Terrestrial Vehicle alias pesawat makhluk luar angkasa yang datang mengunjungi bumi. Pendapat lain menyebutkan bahwa eksistensi UFO sudah ada sejak lama. Hal ini didasarkan pada penemuan gambar-gambar yang mirip UFO di hieroglyph Mesir, coretan purba di gua Altamira Spanyol dan gua Nicaux Perancis dan yang terakhir fenomena foo fighter yaitu fenomena munculnya cahaya merah berbentuk cakram yang melesat diangkasa saat Perang dunia satu dan dua, serta Perang Pasifik.
Fenomena UFO itu sendiri sebenarnya sudah diketahui oleh pemerintah dunia sejak lama sekali, mungkin sebelum Kenneth Arnold melihat piring terbangnya di Gunung Rainer setengah abad silam. Namun kasus ini sering ditampik oleh pemerintah setempat. Berbagai kasus tentang crash retrieval (misi pencarian keterangan tentang penampakan pesawat luar angkasa) muncul. Kasus yang paling klasik adalah kasus Roswell yang terjadi pada juni 1947, dimana dalam press release-nya, Kolonel Blanchard, Komandan basis militer di daerah setempat, menyebutkan tentang pengamanan sebuah crashed disc, - cakram yang jatuh. Namun beberapa jam kemudian berita tersebut dibatalkan oleh Jendral Ramey dan mengatakan bahwa yang hanyalah balon cuaca dengan radar refleksi. Sekedar gambaran, Kolonel Blanchard bekerja di 509th Atomic Bomb Group, satu-satunya didunia ini, yang tentunya mampu membedakan antara balon dan UFO.

Pembatalan berita ini tentunya sangat beralasan. Dalam beberapa laporan disebutkan bahwa UFO memiliki kemampuan teknologi di luar jangkauan teknologi dunia saat ini. UFO bisa mematikan segala instrumen dan alat komunikasi pesawat militer. Bahkan bisa membuat panel kontrol senjata malfunction (tidak berfungsi sebagai mana mestinya) ketika pilot berniat menembaknya. Bukankah sangat naif jika pemerintah dunia tidak akan mau tahu soal ini? Ataukah pemerintah dunia telah mengamankan UFO dan melakukan sistem reverse-engineering yaitu proses pembedah-han dan penganalisaan sistem untuk mengenali komponen-komponen UFO beserta fungsi dan hubungannya masing-masing guna membangun sistem yang lebih canggih daripada yang komponen yang sudah ada, yang takkan bisa dibayangkan oleh otak manusia biasa, dan menjadikannya sebuah ultra top secret dan tak boleh dibagi kepada negara lain? Bukankah dengan penemuan ini, negara bersangkutan dapat menghemat ratusan tahun waktu penelitian untuk mendapatkan yang mereka inginkan?
Demikianlah. Begitu banyak misteri dan tujuan terselubung dibalik kasus penampakan UFO tersebut. Semuanya seolah berlomba menutup tabir pengetahuan tingkat tinggi di jagat raya bumi ini, yang telah mereka pelajari, demi tujuan besar penguasaan kemajuan teknologi dunia.
Lantas bagaimana dengan bangsa Indonesia sendiri?
Padahal, menurut Marsekal Muda TNI (Purn) J. Salatun, dalam buku karangannya yang berjudul ‘UFO Salah Satu Masalah Dunia Masa Kini’, Ada banyak kasus tentang penampakan UFO di Indonesia, diantaranya adalah kejadian pendaratan UFO di Surabaya selama seminggu mulai tanggal 18 sampai 24 September 1964, bertepatan dengan peristiwa Dwikora.
UFO tersebut lanjutnya, dapat di lihat dengan mata telanjang maupun lewat radar dan muncul di daerah segitiga: Surabaya, Malang dan Bangkalan. UFO-UFO itu bahkan sempat ditembaki dengan meriam artileri pertahanan udara, namun tidak ada yang jatuh. Menurutnya lagi, salah satu dari UFO itu dikabarkan juga pernah mendarat di sebelah selatan Surabaya.
Dalam buku tersebut tercatat lebih dari 50 kasus penampakan UFO dari berbagai wilayah di Indonesia, yang tergolong dalam berbagai tipe, mulai dari CE-1 (Close Encounter of the first kind atau Close Encounter tipe 1) sampai dengan CE-4 (Close Encounter of the fourth kind).
Sekitar tahun 1946 di pantai Kenjeran, Surabaya. Seorang anak perempuan dari keluarga nelayan telah memergoki 2 sosok yang dikira orang Jepang. Waktu itu mereka lari terbirit-birit ke sebuah wahana yang berbentuk bulat yang terbuat dari logam yang diparkir di pantai. Dan rupa-rupanya begitu kepergok, anak itu ketakutan dan lari berbalik arah lalu pergi sehingga tidak tahu kelanjutan makhluk-makhluk tadi.
Selain itu, pada tahun 1952 di Sulawesi Utara, menurut Kolonel Penerbang (Purn) Daniel Boroh,, seorang anak yang sedang bermain-main di sawah, tiba-tiba dikejutkan oleh sebuah UFO berbentuk cakram yang mendekatinya lalu melesat keatas dengan suara mendesis. Menurut anak itu yang wajahnya pucat pasi ketakutan, dia melihat raut wajah seseorang yang memandanginya melalui sebuah jendela bulat yang dikelilingi oleh paku-paku keling.
Bukan cuma itu saja. Awal bulan Juli 1959 masyarakat kepulauan Alor digemparkan oleh munculnya sekawanan makhluk UFO yang menurut masyarakat sekitar disebut sebagai manusia ajaib, mereka mempunyai tinggi rata-rata 1,80 meter, berkulit merah, berambut perak berombak, berseragam biru tua dengan lengan panjang, bersepatu hitam dan berikatpinggang dimana terselip tongkat berbentuk tabung dari logam, serta berjenggot warna perak atau pirang. Bagian belakang kepalanya lancip ke atas entah karena sisiran rambutnya atau entah karena leher bajunya seperti model Kaisar Ming dari cerita Flash Gordon. Masyarakat setempat menyebutnya manusia ajaib, karena sewaktu makhluk tersebut dikepung oleh penduduk perkampungan dan diserang dengan panah, ternyata mereka kebal. Bahkan bisa meloloskan diri dengan mudah dan menculik seorang anak kecil yang berusia 6 tahun, selama 24 jam yang kemudian dikembalikan di tengah ladang dalam keadaan bingung. Setelah sadar, anak tersebut baru bercerita, bahwa dia dibawa ketengah hutan dan mengalami berbagai pemeriksaan medis. Dengan segera kesatuan polisi yang dipimpin oleh Komandan Polisi Alwi Alnadad bergerak. Mereka berusaha menyergap makhluk misterius itu dimana anak kecil tadi diculik, yaitu di sebelah timur Kalabahi. Anehnya sewaktu ditembak oleh sekawanan polisi, mereka tidak berhasil menemukan setetes darah pun. Setelah kejadian itu di Kepulauan Alor, banyak penduduk yang sering melihat munculnya benda terbang berbentuk telur, berwarna putih gemerlapan, terbang dengan kecepatan tinggi di atas permukaan laut dari arah barat ke timur.
Tahun 1969 di bulan Juni, kira-kira jam 6 sore lebih sedikit, ibu dari Desi Rosanto Budi yang waktu itu tinggal di Bumi Beringin Manado beserta anak-anaknya sedang duduk di teras depan sambil memandang ke arah laut seperti kebiasaannya semenjak hamil anak pertama, kebetulan waktu itu sedang mengandung anak yang ke empat. Memang pemandangan ke laut lepas tanpa terhalang, tampak tenang dari kediaman keluarga itu. Tiba-tiba dari arah laut muncul sebuah benda yang bulat bercahaya kuning kemerah-merahan disertai sinar-sinar lain yang berwarna kuning kebiru-biruan dan agak kehijau-hijauan pula. Dengan suara keras, ibu Desi Rosanto berteriak memanggil anak-anaknya serta saudaranya, sehingga peristiwa itu disaksikan oleh 5 orang. Dengan tenang, benda yang berbentuk bulat besar itu terbang lurus menghampiri dan melewati mereka seperti hanya beberapa meter saja di atas pohon mangga dekat rumah. Benda itu terus terbang lurus ke arah gunung berapi Lokon atau Soputan yang pada waktu itu sedang aktif. Dan akhirnya hilang dari pandangan mata. Laporan kejadian ini dikirimkan ke majalah Hai.
Pada tanggal 17 agustus 1973, sekitar pukul 14.00 siang, seorang wisatawan Jepang yang bernama Ryo Terumoto berhasil mengambil foto UFO dari dalam sebuah mobil, yang diukir sejarah sebagai foto UFO pertama yang muncul di Indonesia. Sewaktu dijepret, UFO tersebut memang tidak kelihatan. Barulah ketika foto tersebut dicetak, gambar itu muncul. Tampak adanya benda berbentuk cakram dengan latar belakang Gunung Agung di pulau Bali. Lalu foto dimuat dalam majalah “Hito-to-Nippon” di Jepang terbitan bulan Maret 1974 dengan judul ,”Piring Terbang di Atas Pulau Bali?”
Pada tahun 1974, peristiwa yang cukup menegangkan dialami seorang sarjana yang tidak mau disebut namanya, yang berasal dari Kabupaten Manggarai Pulau Flores Barat, yang kebetulan melakukan perjalanan pada malam hari dengan mengendarai sebuah jeep dari daerah pedalaman yang bergunung-gunung menuju ke pantai. Tiba-tiba muncullah sebuah mattambre yang kemudian mengikuti mereka, yang menurut masyarakat sekitar disegani, karena kehadirannya disangkutkan dengan kematian seseorang. Mattambre tersebut terdiri dari suatu cahaya berbentuk bulat dengan garis tengah sekitar 1 m yang berwarna merah kebiru-biruan. Dan melayang-layang kurang lebih setinggi 1,5 m dari permukaan tanah dan hanya disaksikan pada malam hari saja. Kemudian mattambre mendekati jeepnya dan dengan mendadak baik mesin maupun lampunya mati. Walaupun mereka telah berusaha sekuat tenaga untuk menjalankan mesinnya, tapi sia-sia saja. Akhirnya mereka berusaha mendorong jeepnya dengan hati-hati turun gunung hingga ke pantai kurang lebih 10 km. Sewaktu matahari mulai menyingsing, mattambre itu hilang, bertepatan dengan itu jeep yamg mogok tadi berfungsi kembali dengan normal. Jadi apakah sebenarnya mattambre itu? Sejenis UFO-kah? Seorang teman dari sarjana tersebut juga memastikan bahwa yang telah dilihat itu adalah UFO, seperti yang telah terjadi di Pegunungan Alpen di Eropa.
Pada tanggal 22 September 1975, sekitar pukul 15.00, Foto UFO di Indonesia yang lain berhasil dipotret oleh Ir. Tony Hartono (alm) yang sedang melepas lelah sehabis makan siang di Quarters Platform pada lantai 3 kompleks menara pengeboran minyak lepas pantai di ladang minyak Arjuna, kurang lebih 52 mil (83 km) dari pantai Cilamaya, Kerawang, Jawa Barat. Tiba-tiba perhatiannya tertarik akan titik hitam diatas cakrawala yang menuju ke arah ladang minyak dengan kecepatan tinggi, benda tersebut menjadi sebesar bulan purnama dengan bentuk lonjong dan berwarna merah tua. Pada jarak kurang lebih 6,5 mil (10 km) benda itu membelok dengan tajam dan menjauh. Di kejauhan benda itu naik vertikal ke atas dan hilang dari pemandangan. Pada waktu mendekat terdengar sayup-sayup bunyi mendesing dengan frekuensi rendah sekali. Dengan cepat Ir. Tony Hartono mengambil kamera dan membidikkannya ke arah benda yang muncul hanya selama tidak lebih dari satu menit saja.
Sementara itu, pada tanggal 27 Juni 1977 sekitar pukul 18.15, tiga orang sarjana, yaitu Dr. Ir. Aryono Abdulkadir, Ir. Roedianto Ramelan dan Ir. Ananda Soeyoso sedang mengendarai mobil dari Surabaya menuju Malang. Ketika sampai antara Gempol dan Porong perhatiannya tertarik akan munculnya suatu benda yang semula dikira meteor di langit sebelah barat. Yang semula dikira meteor itu turun vertikal ke bawah dengan membentuk sudut 5 derajat, akan tetapi kemudian membelok dengan tajam ke arah selatan dan sambil terbang mendatar akhirnya hilang di pemandangan. Peristiwa tersebut langsung diabadikan dengan beberapa kali jepretan. Lalu “meteor” itu meninggalkan jejak seperti bunga api yang membelok dengan tajam, sehingga jejak itupun tampak bengkok.
Peristiwa munculnya makhluk UFO juga pernah terjadi di tengah malam sekitar pukul 23.00 WIB tanggal 23 Mei 1981, di jalan Sriwijaya no.24 di pemukiman Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, tepatnya di rumah tempat latihan menari “Swara Mahardika” pimpinan Guruh Soekarno Putra. Ketika itu, satu-satunya orang yang menjaga rumah itu adalah Sumadi, 28 tahun, yang ketika menuju ke kemarnya, dia melihat ada sosok tubuh yang berdiri di atas tembok halaman belakang. Tingginya kira-kira antara 1,20 sampai 1,50 m, serta mengenakan celana panjang warna putih, dan bagian atas tubuhnya termasuk kepalanya tertutup oleh semacam mantel berwarna hitam. Dan dia menyaksikan hal ini cukup lama, karena dia sempat mengambil makan dan melahapnya sambil memandang makhluk tersebut, yang semula dikira pencuri. setelah itu, dia menghampiri makhluk itu dengan jarak hanya 9 m, lalu dia bertanya dengan lantang kepada makhluk itu, “Apakah engkau pencuri ya?”. Dan makhluk tersebut hanya diam saja. Lalu makhluk itu tiba-tiba lenyap begitu saja dari pandangan, ketika Sumadi naik tangga besi yang terpasang di bawah menara air. Bertepatan dengan itu di depan rumah sebelah utara, jalan Sriwijaya Raya no.22 dan rumah seberang jalan terjadi kegaduhan. Sekitar 5 orang saksi mata telah menyaksikan benda bercahaya yang melayang-layang di udara secara perlahan-lahan. Benda itu panjangnya kira-kira 2 m, kalau dari samping ia terlihat seperti bola rugby yang diapit dua piring
Banyak kasus UFO lainnya di Tanah Air ini, termasuk kejadian yang dialami seorang seniman bernama Sudjana Kerton (alm) yang mengaku diculik UFO di Dago Pakar, Bandung. Sudjana Kerton berjumpa dengan empat orang “makhluk asing” putih dengan tinggi kira-kira lebih dari 3 meter. Kerton masih ingat bahwa makhluk-makhluk besar jangkung itu mirip-mirip orang mongol, dengan mata yang sipit yang ujung-ujungnya mencuat sedikit ke atas, mulut mereka tampak sekadar garis tipis yang melintang, hidung tajam, disertai kepala tanpa rambut.
Kejadian diatas merupakan sebagian kasus dari rentetan catatan kejadian penampakan cakram terbang di Indonesia. Namun, lanjut J. Salamun dalam bukunya tersebut, sehubungan dengan tidak adanya lembaga resmi yang melakukan pendataan dan penelitian mengenai cakram terbang ini di Indonesia, maka banyak saksi yang tidak tahu harus melapor ke mana.
Seandainya akurasi laporan tentang fenomena UFO di Indonesia cukup tinggi, Mungkinkah pemerintah Indonesia terlalu naif terhadap teknologi sehingga tidak mempunyai lembaga khusus yang menangani pendataan dan penelitian kasus UFO di Indonesia dan membiarkan hilangnya objek besar penelitian yang menjadi misteri jagat raya demi pengembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa Indonesia dan tidak turut menerapkan sistem reverse-engineering? Atau mungkinkah pemerintah Indonesia pernah atau telah menerapkan sistem reverse-engineering dan memperlakukannya sebagai ultra top secret?
Demikianlah. Semua kasus penampakan UFO di seluruh penjuru bumi ini pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya, masih menjadi misteri dan tanda tanya besar yang belum dapat dijawab secara ilmiah dengan utuh. Namun kelak, dengan dukungan bukti fisik yang memadai, fenomena misteri ini akan terpecahkan dan dapat dijelaskan secara ilmiah dengan konsep yang utuh. (Fyls)
Copyright November 2003 @Tabloid Mahasiswa Indralaya Post

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.